COVID 19: Solidaritas Sosial di Tengah Pandemi

Semenjak dinyatakan pandemi, Covid 19 tidak lagi terbatas pada arena medis, lebih dari itu, dampak keganasannya sudah merambah ke ruang perdebatan politik & ekonomi.
Wabah ini tidak hanya menyebar sangat cepat tetapi juga penanganannya juga di luar perkiraan semua pihak bahkan negara. Tak heran jika pandemi Covid 19 ini mampu membuat negara-negara gagap menanganinya.
Pelbagai kebijakan pemerintah telah diambil untuk mencegah penyebarannya, di antaranya social distancing/pshycal distancing bahkan sampai pada karantina wilayah/lockdown.
Namun the facto tidak semua dimensi kerja dilakukan di rumah. Ibaratkan simalakama.
Bagi saudara/saudari kita yang tidak beruntung secara ekonomi hal ini cukup berat, sebab sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari semata-mata diperoleh dari hasil bekerja.
Solidaritas Semesta

St. Vincentius Singkawang
Dalam situasi “darurat” seperti inilah sikap bela rasa/solidaritas kemanusiaan sangat berperan.
Menempatkan nilai kemanusiaan pada posisi tinggi bisa menyentuh, merangkul saudara/saudari kita yang menjadi korban pandemi.
Wujud solidaritas tersebut kini bukan hanya terjadi nun jauh di sana (luar negara), di Indonesia sikap sosial ini pun mulai bermunculan. Banyak komunitas, organisasi sosial, instansi pemerintahan, maupun perorangan turut memberikan sumbangsih berupa dana, sembako dan fasilitas medis (APD). Banyak pula para relawan yang dengan kasih rela mempertaruhkan nyawa dalam “perang” ini bagi keselamatan jiwa-jiwa.
Bentuk-bentuk partisipasi solidaritas seperti ini membawa harapan cerah bahwa setiap orang sejatinya memiliki kasih kepada sesama tanpa membedakan suku, agama, ras, bahasa ataupun budaya. Inilah wajah Indonesia yang sesungguhnya dirindukan kini mulai dirajut kembali.
Semoga ya semoga!
Mari kita saling sinergi memberi, mengabdi dan menolong sesama degan cara kita masing-masing.
Bisa dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan kita.
Bisa dengan menyebarkan kabar-kabar baik yang membawa harapan & ketenangan. Bukan berita palsu (hoax) yang menakutkan.
Kita juga bisa menjadi penghubung yang menyambungkan aneka bantuan dan fasilitas bagi mereka yang membutuhkan.
Sr. Maria Seba SFIC