Mgr. Agustinus Agus Pimpin Perayaan Syukur 110 Tahun RS St. Vincentius Singkawang, Kalbar
“PADA tahun 1910 berhasil dibangun bangunan rumah sakit kecil, tetapi rapi. Di hari Minggu tanggal 6 September 1910 diberkatilah bangunan RS mungil itu oleh Pastor Beatus dengan mengadopsi nama pelindung Santo Vincentius à Paulo. Itulah sebabnya, sampai sekarang rumah sakit di Singkawang ini bernama RS. St. Vincentius.”
Demikian bunyi penggalan sejarah Rumah Sakit Santo Vincentius, dikutif dalam buku sejarah rumah (historia domus).
Inilah cikal bakal bermulanya karya kasih para suster misionaris SFIC yang mengusung motto pelayanan “Dengan kasih, aku melayani” (bdk. 1 Korintus 13:1-13).
Kiprah sepak terjang perjalanan Rumah Sakit Santo Vincentius 110 tahun yang silam ini kembali dikenang.
Bertempat di Aula Pastor Beatus Rumah Sakit St. Vincentius, pada Sabtu, 5 September 2020, berlangsung Perayaan Eakristi yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus didampingi oleh Pastor Rekan Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang,Pastor Frederick Samri OFMCap.
Paparan rentetan sejarah panjang Rumah Sakit Santo Vincentius tampil dalam cuplikan video. Ini mengisahkan di tahun-tahun awal keberadaannya, RS ini hanyalah berupa sebuah klinik kecil untuk merawat bayi, anak-anak, dan orang sakit.
Pada saat itu yang bisa mereka kerjakan adalah membagi obat dan membalut luka-luka.
Inilah awal kerja keras para suster biarawati Kongregasi SFIC. Utamanya para suster misionaris generasi awal. Dan kini, karya ini diwariskan kepada para suster SFIC generasi terkini yang meneruskan karya bidang kesehatan di RS St. Vincentius Singkawang.
Tahun-tahun setelah pendirian, rumah sakit ini terus berkembang dengan cepat dan mudah.
Tingkatkan mutu pelayanan
Mutu pelayanan dan keselamatan pasien menjadi prioritas utama rumah sakit ini. Apalagi baru saja menyandang predikat akreditasi utama bulan Agustus 2020 lalu.
Hingga saat ini jumlah pelayanan dan penunjang medis serta fasilitas semakin berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Begitu juga dengan pasokan tenaga SDM yang berkompeten baik medis maupun non medis.
Peningkatan mutu pelayanan yang baik inilah akhirnya mampu mengenjot jumlah pasien. Mereka mempercayakan diri pada pelayanan rumah sakit ini.
Hal ini bukan saja bagi masyarakat Singkawang, namun juga menjadi rumah sakit favorit bagi masyarakat luar kota Singkawang.
Masa pandemi
Namun, enam bulan terakhir ini rumah sakit mengalami “masa gelap” terkena dampak pandemi covid-19. Imbasnya sudah melanda di berbagai sektor, khususnya di bidang kesehatan rumah sakit.
Hal ini dibenarkan oleh Direktur RS St. Vincentius Singkawang, dr. Nurtanti, MPH.
“Berdasarkan data medical record, terjadi penurunan bed occupancy ratio (BOR) dan kunjungan pasien rawat jalan. Penurunan secara signifikan terjadi pada bulan Maret-Mei 2020,”ungkapnya.
Dalam situasi “darurat” seperti ini, Ketua Yayasan Karya Kesehatan Vincentius (YKKSV), Sr. Sabina Linin SFIC angkat bicara. Ia meyakini rumah sakit tetap optimis mampu melayani. Karena yakin bahwa Tuhan selalu menyertai.
“Setiap hari, kami berdoa untuk para tenaga medis yang melayani orang-orang sakit khususnya pada masa pandemi ini. Oleh karena itu, saya yakin dalam situasi darurat seperti saat ini Tuhan akan turun tangan membantu dengan cara-Nya sendiri,”pungkasnya.
Ingat masa silam
Dalam homilinya, Mgr. Agus mengajak para suster dan seluruh karyawan untuk kembali mengingat sejarah masa lampau.
Menilik kembali karya awal misi para suster misionaris dari Veghel-Belanda ini. Yakni, keinginan mereka bisa membawa Kabar Gembira melalui jalur pendidikan dan kesehatan. Khususnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
“Mari sejenak kita melihat kembali ke belakang; f menilik karya kasih bagi orang sakit-warisan para pendahulu telah menorehkan sejarah yang bernilai luhur di bumi khatulistiwa ini,” ungkap Monsinyur.
Dalam kesempatan ini juga, Uskup yang mengajak segenap karyawan dan pemangku pucuk pimpinan rumah sakit untuk tetap menjalin kerjasama yang baik guna melanjutkan karya ini.
Karya monumental para misionaris di Singkawang tetap dilanjutkan meskipun mengalami tantangan berat khususnya pada masa pandemi ini.
“Saya sebagai Uskup akan mendukung karya ini. Dalam situasi sulit seperti pandemi ini, saya atas nama Keuskupan tidak akan lepas tangan karena karya rumah sakit ini merupakan salah satu karya Keuskupan,” demikian Uskup Agus memberi peneguhan.
Sr. Maria Seba SFIC