Sun. May 19th, 2024

Keuskupan Agung Pontianak

Instaurare Omnia in Christo

BAHAN APP REGIO KALIMANTAN 2018

KERANGKA DASAR

APP REGIO KALIMANTAN 2018

 TEMA

BERGERAK DAN BERJUANGLAH :

“MEWUJUDKAN SUKACITA SELURUH CIPTAAN DI BUMI KALIMANTAN”

 SUB-SUB TEMA :

  1. Situasi Pokok : SUKACITA SELURUH CIPTAAN
  2. Inspirasi Iman : PERSAUDARAAN KRISTIANI
  3. Pertobatan : BERBELA RASA TERHADAP MEREKA YANG MENDERITA
  4. Rencana Aksi dan Aksi : BERGANDENGAN TANGAN DAN BERSATU HATI.

PUASA 2018

Saudara dan saudari terkasih. Gereja mengajak seluruh umat beriman mempersiapkan pesta Kebangkitan Tuhan dan kebangkitan kita kelak dalam 40 puluh hari berpuasa.

Masa Puasa tahun ini, kita semua diajak untuk mewujudkan Sukacita Bersama Seluruh Ciptaan. Kita sebagai Manusia hanya salah satu ciptaan Allah dan masih banyak lagi ciptaan lainnya. Seluruh Ciptaan memiliki martabat dan harkat yang sama di hadapan Sang Pencipta. Maka manusia sebagai ciptaan yang memiliki akal budi mesti menyadari tugasnya untuk mewujudkan sukacita bagi seluruh ciptaan. Tindakan peduli, menjaga, merawat, kesetiakawanan, solider, berbagi, pada sesama ciptaan merupakan sebuah wujud nyata kita membangun sukacita seluruh ciptaan. Karena itulah maksud kita diciptakan. Allah Sang Pencipta mengharapkan agar seluruh ciptaan mengalami sukacita bersama dalam segala kepenuhan.

Dalam masa Puasa ini hendaklah kita menyadari tanggungjawab kita sebagai manusia dan Ciptaan-Nya. Secara  bersama-sama untuk terus “BERGERAK DAN BERJUANG” ambil bagian aktif peduli, berbagi, solider, setiakawan, menjaga, merawat ciptaan-Nya agar sukacita bersama seluruh Ciptaan dapat terwujud. Amin

Selamat berpuasa !!

 

BERGERAK DAN BERJUANGLAH:

“MEWUJUDKAN SUKACITA SELURUH CIPTAAN DI BUMI KALIMANTAN”

I.  SUKACITA SELURUH CIPTAAN

“Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik”. (Kej.1:31) Allah tetap dan terus-menerus berkarya melalui ciptaan-Nya, melalui pelestarian alam jagat raya, dalam gerakan langit, melalui perubahan bintang-bintang, melalui hasil-hasil yang diperoleh dari darat maupun laut, dalam semua alam lingkungan, melalui perubahan musim dan semua keindahan alam yang dapat kita amati, yang bisa dihancurkan dan dikembalikan kepada ketiadaan, jika Allah tidak terusmenerus membimbingnya.  (St. Vinsensius de Paul)

Bapa, kami memuji-Mu dengan segala makhluk ciptaan-Mu.

Mereka berasal dari kekuatan tangan-Mu; mereka adalah milik-Mu, Dipenuhi dengan kehadiran dan kelembutan cinta-Mu.

Segala pujian bagi-Mu.

(Paus Fransiskus)

Perwujudan Allah melalui ciptaan-Nya merupakan kisah tentang Allah yang tertulis dalam kitab suci, “yang mengisahkan sejumlah besar karya nyata melalui alam semesta”. Para Uskup Kanada mengatakan bahwa tidak ada yang dikecualikan dari semua ciptaan Allah: “Baik yang berkenaan dengan pandanganpandangan baru sampai pada bentuk-bentuk hidup yang paling sederhana. Alam adalah sumber yang mengagungkan dan mempesona dan ini berlangsung melalui pewahyuan Kitab Suci”. Sedangkan para Uskup Jepang memberikan tanggapannya “Merasakan setiap ciptaan mengumandangkan madah atas kehadiran-Nya untuk tinggal dalam harapan dan sukacita kasih Allah”. Kontemplasi atas ciptaan meyakinkan kita bahwa setiap ciptaan mewariskan keselamatan khusus bagi mereka yang percaya. “Kontemplasi atas ciptaan yaitu mendengarkan pesan, mendengarkan hal yang merupakan pertentangan dan tenang”.

Kita boleh mengatakan bahwa selain wahyu kebenaran Kitab Suci yang berisikan rahasia Tuhan, terdapat karya agung melalui cahaya mentari dan mengalahkan malam. Dengan memberi perhatian pada karya ciptaan, kita belajar melihat diri kita dalam relasi dengan seluruh ciptaan lainnya. “Saya mengenal diri saya melalui dunia ciptaan yang kelihatan, lewat tanda-tanda alam, saya melihat apa yang dimiliki” (Paul Ricoeur).

Kesatuan seluruh ciptaan, seluruh alam semesta memiliki hubungan satu sama lain; begitu banyak dan kaya karya ciptaan Allah. Santo Thomas Aquinas secara bijak mencatat bahwa keanekaragaman dari seluruh ciptaan “berasal dari Sang Pencipta”, yang menghendaki “bahwa apa yang ada merupakan perwujudan kebaikan untuk saling melengkapi” karena kebaikan Allah tak dapat digantikan karya manapun. Oleh karena itu kita perlu memahami keanekaragaman ciptaan yang saling berhubungan satu sama lain. Kita akan semakin mengerti betapa pentingnya setiap ciptaan dengan merefleksikan keseluruhan ciptaan dan rencana Allah.

Seluruh makhluk ciptaan memiliki hubungan satu sama lain: matahari dan bulan, pohon dan bunga, burung elang dan burung gereja, semuanya berbaris tak terhitung banyaknya; berbagai keunikan dan perbedaan mengatakan kepada kita bahwa tak satupun ciptaan hanya untuk dirinya sendiri. Keberadaan seluruh ciptaan saling bergantung satu sama lain guna saling melengkapi dan melayani. Dalam situasi seperti inilah sukacita seluruh ciptaan menjadi kemuliaan bagi Sang Pencipta.

II. PERSAUDARAAN KRISTIANI

Rm. DR. Martin Harun, OFM dalam salah satu makalahnya menuliskan bahwa persaudaraan sejati merupakan suatu pesta pengampunan. Hanya dengan semangat mengampuni dan diampuni persaudaraan sejati dapat hadir langgeng.

Menyadari, menyesali dan kemudian meminta maaf atas kesalahan diri sendiri adalah langkah paling awal dalam memelihara hidup persaudaraan sejati. “Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu” (Mt 18:35). Dengan demikian, menurut Yesus, hidup dalam persaudaraan sejati sangat berkaitan dengan menyadari, menyesali dan mengakui kekurangan diri sendiri dan dengan sikap itu berusaha menyadarkan dan mengampuni saudara. Jadi persaudaraan adalah “pesta pengampunan” yang terjadi dalam hidup keseharian kita.

“Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?” (Mat 5:46?47). Kasih tanpa pamrih yang melampau batas sesama umat, diilustrasikan  Yesus dalam kisah seorang Samaria yang menunjukkan belas kasih yang universal (Luk 10:25?37). Jelas bahwa berkembangnya faham modern tentang kasih dan persaudaraan yang universal berkembang dari benihbenih ajaran Yesus.

Selain mampu hidup dalam persaudaraaan sejati dengan sesama manusia secara universal, kita juga dituntut hidup bersahabat dengan alam lingkungan kita. Memang hal ini tidak ada dibahas dalam Kitab Suci. Tetapi St. Fransiskus dari Assisi menyadari bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah sesama ciptaan Tuhan. Karena itu Fransiskus menyapa mereka sebagai saudara dan saudari yang sama-sama menghadirkan kemuliaan Tuhan. Fransiskus tidak menganggap dirinya lebih tinggi dari ciptaan lain sehingga bisa sesukahati memperlakukan mereka. Belajar untuk bersaudara dengan alam dan segala makhluk saat ini semakin mendesak. Alam dan makhluk ciptaan kini semakin lemah dan rapuh dibandingkan dengan manusia yang bertambah kuat karena ilmu dan teknologinya.

Menerima alam serta segala makhluknya sebagai  saudara dan saudari akan mengurangi ketakutan kita terhadap alam dan juga akan mengikis perampasan dan pencemaran kita terhadap alam. Seseorang tidak akan mengeruk habis-habisan apa yang diakuinya sebagai ciptaan Tuhan yang penuh perlambangan. Seseorang tidak akan menuangkan cairan beracun ke dalam air kali/sungai yang ia hargai sebagai saudarinya, atau membuang sampah ke tanah yang ia hormati sebagai ibu pertiwinya.

Menurut Perjanjian Baru kita dilahirkan kembali menjadi anak Bapa, saudara Kristus, dan saudara satu sama lain di dalam jemaat kristen. Kasih persaudaraan kristiani itu melintasi batas-batas marga, suku, agama, bangsa dan golongan sebab terwujud dalam usaha melakukan kehendak Bapa dan dipertahankan dalam saling minta dan memberi maaf dalam kegagalan. Kasih persaudaraan kristiani menjadi landasan untuk tindakan kasih terhadap semua manusia, hal mana pada zaman modern lazim disebut sebagai kasih dan persaudaraan universal. Sejak Fransiskus Assisi persaudaraan universal ditantang pula untuk menjadi persaudaraan kosmis di tengah seluruh alam ciptaan.

 

III.BERBELA RASA TERHADAP

    MEREKA YANG MENDERITA

Dalam Injil Yesus menyampaikan kepada kita kisah tentang seorang kaya yang tidak peduli kepada orang miskin yang bernama Lazarus. Orang kaya itu  tak bernama. Dosa orang kaya itu adalah bahwa ia tidak memperlakukan Lazarus sebagai seorang pribadi. Ia tidak peduli pada Lazarus yang mengharapkan bahkan sekadar remah-remah roti yang jatuh dari mejanya sekalipun. Artinya, dosa serius orang kaya itu adalah bahwa ia tidak memiliki belarasa.

Kata belarasa berasal dari bahasa Latin com-passion yang berarti menderita bersama sesama. Belarasa membuat kita lebih manusiawi dan membuat kita peduli pada kesulitan dan penderitaan sesama. Menurut Injil Lukas Yesus berkata, ”Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6:36). Yang dimaksudkan dengan murah hati adalah berbela rasa, yang secara harafiah berarti berbela derita. Sementara itu menurut Injil Matius Yesus berkata, ” haruslah kamu sempurna, seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat 5:48). Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pribadi yang sempurna adalah pribadi yang berbela rasa. Teladan belarasa para murid adalah Bapa sendiri, yang menjadi nyata dalam hidup dan pelayanan Yesus. Ketika melihat orang banyak yang lelah dan terlantar, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan (Mat 9:36). Demikian juga ketika melihat janda yang anak tunggalnya mati, Yesus tergerak oleh belas kasihan (Luk 7:13). Orang Samaria, seturut teladan Yesus, ketika melihat orang yang jatuh ke tangan penyamun, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan (Luk 10:33). Demikian juga ketika Bapa dalam perumpamaan mengenai anak hilang melihat anaknya pulang, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan (Luk 15:20). Belas kasih atau belarasa inilah yang menggerakkan Yesus dan para muridNya untuk melakukan sesuatu yang baik. Dengan demikian apa pun yang baik yang dilakukan atas dorongan belarasa ini adalah wujud dari belarasa Bapa sendiri.

Belarasa bukanlah konsep atau teori. Belarasa perlu diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan kasih. Bila melihat sejarah Gereja, semua karya-karya Gerejawi selalu mulai dari sumber yang sama yaitu belarasa. Demikian juga karya-karya baru yang sekarang ini bermunculan di berbagai paroki dan keuskupan. Semua karya ini bisa kita katakan sebagai wujud dari gerakan Kerajaan Allah, menyatakan belarasa Allah. Pertama, selalu saja ada berbagai masalah dalam masyarakat entah itu masalah sosial, politik, ekonomi, budaya atau yang lain. Bagi murid-murid Kristus semua itu adalah tantangan dan peluang iman. Yang kedua, ketika kita melihat semua masalah itu sebagai tantangan iman, kita lalu bisa  bertanya, ”Apa yang perlu atau harus kita lakukan, agar lingkungan hidup kita menjadi semakin manusiawi dan dengan sendirinya semakin Kristiani juga?” Tidak sedikit orang yang tidak ambil pusing ketika berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat. Termasuk kehidupan bersama dengan seluruh ciptaan. Kita dipanggil sebagai murid Yesus untuk tumbuh dan berkembang dalam hal belarasa, terlebih mereka yang menjadi korban ketidakadilan.

IV. BERGANDENGAN TANGAN

     DAN BERSATU HATI

Kebersamaan antar manusia dibangun dengan kesadaran bahwa dalam lubuknya yang terdalam umat manusia sudah bersatu, karena tidak mungkin manusia hidup sendirian. Kita hanya dapat hidup dan berkembang dalam kebersamaan. Saling mencintai dan bergandengan tangan dalam satu hati merupakan bentuk solidaritas yang paling baik untuk membangun kebersamaan. Yesus mewujudkan kasih Allah dalam kasihNya kepada manusia. Solidaritas Kristus tertuju kepada kita dalam kehidupan.

Hidup dalam solidaritas terhadap sesama dan alam menjadi kesegaran hidup baru yang membawa suka cita injil dalam hidup. Seruan inilah yang dikumandngkan Paus

Fransiskus dalam surat apostolicnya “Evangelii Gaudium”. Paus menegaskan bahwa di tengah hiruk pikuk pemerkosaan terhadap ibu bumi yang dilakukan saudara-saudari manusia yang  tamak dan serakah, sesungguhnya masih ada secercah harapan. Tidak sedikit saudara-saudari manusia di planet ini mempunyai jiwa serta semangat memelihara ibu bumi, rumah kita bersama ini. Dimana-mana berkecambah dan bertumbuh subur kesadaran di kalangan manusia berhati baik.

Dengan jelas Bapa Suci masih optimis dengan mengatakan: “Kita manusia ini mempunyai kemampuan untuk melahirkan tindakan yang positif terhadap ibu bumi, walau tidak disangkal anda juga anak manusia yang bertindak semena-mena terhadap saudari ibu bumi. Marilah kita memilih untuk mengembangkan kemampuan positip pada diri kita. Inilah saatnya kita “memulai lagi” bertindak dalam semangat “pertobatan ekologis”. Pertobatan inilah yang harus diwujudkan dengan menjaga lingkungan hidup, memelihara air, menumbuhkan pohon-pohon dan mengatasi polusi udara di sekitar kita. Terlebih tempat yang sangat memerlukan tindakan nyata kita untuk memulihkan kembali rumah bersama kita di bumi ini.

Dalam salah satu konferensi para uskup di Brazil dikatakan bahwa seluruh alam ciptaan tidak hanya perwujudan Allah melainkan tempat dimana Allah sendiri hadir. Roh-Nya hidup dan berdiam pada setiap makhluk hidup dan mengundang semua masuk membangun relasi dengan-Nya.

Menemukan kehadiran-Nya menuntut kita untuk “menjaga/menghargai ” seluruh alam ciptaan. Tindakan sekecil apapun untuk menjaga dan memulihkan kembali lingkungan hidup sekitar kita menjadi wujud solidaritas kita kepada dunia saat ini dan generasi yang akan datang.

DOA SEPANJANG TAHUN 2018

Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur kepada-Mu, karena setiap saat Engkau melimpahkan sukacita bagi kami manusia dan ciptaan lainnya.

Namun kami seringkali lupa bahwa kami hanya sebagian kecil saja dari seluruh ciptaan-Mu. Kerapkali kami merasa sebagai penguasa terhadap ciptaan lainnya, sehingga mereka kami perlakukan rendah dan sesuka hati, dianggap sepele dan tak berarti. Kami lupa bahwa tanpa ciptaan lainnya kami tidak dapat hidup baik.

Dalam masa puasa ini, kami ingin merubah cara pandang kami terhadap seluruh alam ciptaan-Mu, bahwa ciptaan lainnya adalah saudara dan saudari kami, memberikan penghargaan yang tulus dan wajar, menjaga dan memelihara serta mengembangkannya, agar terjadi harmoni dalam hidup sebagai sesama ciptaan.

Bantulah kami dengan rahmat-Mu agar mampu melaksanakan tugas yang Engkau berikan kepada kami, sebagai wakil-Mu, melanjutkan karya-Mu sendiri, memberikan kehidupan di bumi Kalimantan ini, ciptaan-Mu, rumah kami bersama, agar terwujudlah kiranya sukacita bersama seluruh ciptaan.

Akhirnya kami mohon, semoga damai – adil – sejahtera menghadirkan sukacita di bumi Kalimantan ini, dan kelak Engkau persatukan kami semua kembali bersama dalam Kerajaan-Mu. Amin.

UNDUH SEMUA BAHAN APP 2018

KLIK DI SINI UNTUK MENDOWNLOAD

 

Tim Penyusun:

Ibu Susana Suryati (KOMKAT KAP),  RD. Bangun Nugroho, Pr,   RP. Astanto, CM,  RP. Pius Barces, CP,  RP. Crispin, OFMCap,   RP. Andreas, OP,   Br. Kris Tampajara, MTB,   Sdr. Ferdinand Martin;  Editor/Lay-out: Hieronymus Budianto.

 

Sekretariat Panitia

APP Regio Kalimantan 2018

Jalan W.R. Supratman No. 100    P.O. Box 1270

Pontianak 78011 – Kalimantan Barat – INDONESIA

Phone: 0561-738802;  Fax.: 0561-748116

E-mail: psekap100@gmail.com;  admin.psekap@gmail.com Website KAP : www.kap.or.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2019 Keuskupan Agung Pontianak