Tertibkan Adminitrasi Data Umat: Keuskupan Agung Pontianak Mengelar Training Database Sensus Umat Katolik

Kemajuan teknologi yang begitu pesat sangat berpengaruh pada semua sektorkehidupan, baik itu perusahaan, lembaga, organisasi, pendidikan, instansi negara, bahkan di dunia kerja. Sehingga banyak pekerjaan yang dulunya dikerjakan secara manual oleh manusia sekarang ini bisa digantikan oleh komputer.
Pada perkembangannya, teknologi yang bergulir sangat cepat itu mau tidak mau menuntut pelayanan yang serba instan pula. Pelayanan yang serba cepat ini dapat terlaksanana jika seluruh data yang dibutuhkan tersebut terkumpul, tersusun, dan terorganisir dalam suatu komponen data akurat yang dapat diakses menurut keperluan kapan saja diperlukan. Salah satu teknologi yang harus dimiliki oleh sebuah, institusi, lembaga maupun organisasi adalah teknologi dalam memproses data tersebut sehingga menjadi informasi yang beguna. Teknologi yang dimaksud di sini adalah sistem pengolahan basis data atau database.

Pengunaan sistem database sangat membantu d alampencatatan kependudukan atau yang sering disebut sensus penduduk. Sensus penduduk adalah pencatatan total tentang penduduk dengan tujuan untuk mengetahui jumlah,komposisi, dan karakteristik penduduk. Data sensus yang telah didapat akan disimpan dalam komputer dalam bentuk basis data yang dapat digunakan untuk keperluan-keperluan lain.
Menanggapi begitu pentingnya pengunaan program pelayanan pastoral berbasis data di zaman yang serba digital ini, maka Keuskupan Agung Pontianak merespon positif peluang penertiban administrasi pendataan umat yang berbasis komputer. Keuskupan Agung yang menurut statistik memiliki jumlah umat katolik sekitar 415.239 tersebar di 26 Paroki ini,kemudian mengelar training program database umat katolik dengan mengundang StefanusErwin, programmer database umat katolik Indonesia sebagai pembicara. Sekitar 40 peserta perwakilan dari masing-masing paroki telah mengikuti training ini selama dua hari dari tanggal 4-5 Mei 2018 yang lalu di Wisma Immaculata.
Menurut Erwin program Database Umat Katolik (DUK) ini dibuat untuk membantu tiap-tiap paroki dalam proses pendataan umat. Erwin menyayangkan bahwa ternyata di zaman yang serba digital ini, masih banyak gereja katolik di Indonesia yang belum menggunakan program database, sehingga data umat menjadi tidak akurat.
“Paroki-paroki yang sudah menggunakan program DUK ini mengaku banyak kehilangan umat, setelah selesai mensensus dan mengupdatedata umatnya. Banyak umat yang keluar/pindah paroki, tetapi masih tercatat dalam data umat di paroki”, ungkap Programmer yang mengaku mulai membuat program DUK ini pada tahun 2000.
Sampai saat ini, kata Erwin tercatat 27 Paroki di Keuskupan Agung Jakarta yang sudah menggunakan program DUK ini, serta ada 24 Paroki dari berbagai wilayah dan ada lima Keuskupan yang sudah melakukan sosialisasi serentak(pelatihan bersama) yaitu: Keuskupan Agung Medan 29-31 Oktober 2010 di Wisma PPU, Pematang Siantar, Keuskupan Agung Makasar 27-29 Januari 2012 di Hotel Alden, Makasar, Keuskupan Agung Manado 13-16 Juni 2012 di Tomohon (Manado), Keuskupan Ambon 13-16 Juni 2012 di Tomohon (Manado), Keuskupan Surabaya 9-10 Juli 2014 presentasi DUK di Keuskupan Surabaya dan 12-20 Januari 2015 sosialisasi form sensus DUK versi Keuskupan Surabaya. 21 Januari 2015 mulai pelatihan program DUK.
Dalam kesempatan ini, Romo Astanto CM selaku yang dipercayakan untuk mengakomodasikan training ini berharap bahwa setelah mengikuti training ini, pelayanan pastoral di tiap-tiap paroki terutama yang menyangkut data umat lebih mudah diakses.
“Semoga dengan adanya program pastoral berbasis data di Keuskupan Agung Pontianak ini, terjadi peningkatan jumlah potensi ‘Pelayan”. Keeratan persaudaraan diantara umat katolik akan memiliki kepedulian satu sama lain untuk terlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat,” ungkap pastor paroki Keluarga Kudus Kota Baru ini dalam pengantarnya.
Didaulat untuk menyampaikan presentasi tentang program dan visi-misi Keuskupan Agung Pontianak tahun 2016-2020, Romo Andreas Kurniawan OP memaparkan makna, tujuan dan manfaat seputar program sensus umat ini.
Romo Ekonom Keuskupan Agung Pontianak ini menyampaikan paparannya dari sudut pandang rohani bahwa spiritual sensus merupakan cara gereja menyapa dan mengenal umat, sehingga sungguh mengerti keadaan/realitas umat. Sensus ini juga sebagai data dan bahan berpastoral yang akan menjadi lebih baik dan tepat.
“Partisipasi umat untuk bersedia disensus berarti mengakui diri sebagai anggota dan bagian dari gereja dan sebagai salah satu implementasi Sakramen Baptis”, pungkasnya.

Romo Andreas juga menyampaikan bahwa manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan sensus ini adalah agar gereja semakin lebih baik mengenal umatnya karena memiliki data yang akurat. Umat gereja menjadi lebih mudah dalam mengurus administrasi. Informasi umat lebih cepat didapatkan, sehingga bisa melaksanakan kegiatan-kegiatan gereja lebih cepat dan tepat. Diketahuinya demografi umat katolik baik penambahan atau pengurangan jumlah umat yang belum diketahui secara pasti saat ini. Menjadi bahan verifikasi apabila terdapat ketidak cocokan antara statistik yang dilaksanakan oleh publik dengan data dari sensus gereja.
Umat diharapkan menyadari bahwa data ini sangat berguna untuk membantu pelayanan pastoral ke depannya. Umat juga perlu menyadari bahwa mereka adalah bagian dari gereja, sehingga bersedia secara aktif dalam pelaksanaan sensus ini, baik sebagai petugas maupun pemberi data. Data-data yang perlu disiapkan dalam sensus umat katolik ini adalah, nama, alamat, baptis, komuni pertama, pernikahan, dll.
“Semua program ini selaras dengan salah satu point penting misi Keuskupan Agung Pontianak yang menyangkut program pendataan umat katolik yaitu “Mengoptimalkan struktur organisasi di tingkat keuskupan dan paroki dalam meningkatkan mutu pelayanan pastoral berbasis data”.
Oleh karena itu, mari kita dukung sensus ini,” ungkap Romo Andreas OP menutup paparannya.
By Sr. Maria Seba SFIC