Pencanangan 100 Tahun Bruder MTB Hadir di Indonesia
Pada tanggal 11 Maret 2021 Kongregasi Bruder MTB mengenang 100 tahun hadir di Indonesia. “Pada kesempatan itu kami ingin melihat kembali apa yang mendorong para bruder itu datang ke kota kecil Singkawang Kalimantan Barat,” Br. Rafael Donatus, MTB.
Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) didirikan di desa Huijbergen – Belanda, oleh Mgr. Johanes van Hooydonk, uskup Breda pada tanggal 25 September 1854, dengan nama lengkapnya BRUDER-BRUDER KRISTIANI SANTA MARIA PERAWAN TERSUCI DAN BUNDA ALLAH YANG DIKANDUNG TANPA NODA.
Situasi perang kala itu telah mengakibatkan begitu banyak anak di Belanda bagian selatan menderita. Keadaan sosial ekonomi yang merosot menyebabkan terdapat banyak anak yatim piatu yang terlantar pendidikannya. Sementara itu pendidikan anak dalam keluarga asuh sering kali tidak memberi harapan yang memuaskan. Kenyataan itu mendorong Mgr. van Hooydonk yang memiliki kepekaan hati yang mendalam, melakukan sesuatu demi masa depan anak-anak.
Kebetulan di Huijbergen (sebuah desa kecil di propinsi Brabant – Belanda Selatan) terdapat sebuah biara tua, biara Wilhelmit yang kehabisan anggota. Di gedung itulah bapak uskup mengumpulkan anak yatim piatu untuk dibimbing. Ada tiga pemuda yang bersedia mendampingi anak-anak. Mereka itulah bibit pertama bruder MTB.
Tepat pada minggu, 22 Februari 2020, telah diadakan misa pencanangan peringatan 100 tahun Bruder MTB di Indonesia. Misa dipimpin oleh Mgr. Agustinus Agus sebagai Uskup Agung Pontianak sebagai koselbran utama dan didampingi oleh Pastor Stephanus Gathot Purnomo, OFMCap sebagai Pastor Paroki Singkawang dan Pastor Jack, CJD.
Misa dimulai dengan tarian tradisional Dayak dan perarakan para Bruder MTB dan Uskup Agung Pontianak. Misa dimulai pada pukul 08.00 WIB di Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang, Jalan P, DIpenogoro No. 1, Pasiran, Singkawang Bar., Kota Singkawang, Kalimantan Barat.
Dalam homilinya, Mgr. Agus menceritakan sedikit pengalamnya yang pernah didik oleh Bruder MTB tempo waktu ia mengenyam pendidikan. Ia mengaku bahwa, ia bisa sampai sekarang juga berkat ada peranan dari Bruder MTB yang mendidik mereka baik diarama, musik, maupun dunia pendidikan.
Mgr. Agus juga mengungkapkan rasa terima kasih karena tanpa peranan bruder MTB, mungkin ia tidak bisa bermusik, ungkapnya saat memberi sambutan diacara kompleks persekolahan Bruder Singkawang.

Dalam kesempatan itu, Br. Rafael Donatus, MTB sebagai pimpinan umum Bruder MTB se-Indonesia mengungkapkan sedikit cuplikan perjalanan dan lahirnya kongregasi ini di dunia. Bermula dari semangat pendiri Bruder MTB dan sekaligus Rektor pertama yaitu Mgr. Johanes van Hooydonk.
Mgr. Johanes van Hooydonk dilahirkan pada tahun 1782 dalam suatu keluarga saleh. Kehidupan di masa kanak-kanak dan remajanya tidak banyak diketahui. Dari tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya selama masa pendidikan dapat disimpulkan bahwa beliau memang memberi harapan besar kepada para pendidiknya. Beliau ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1808, setahun kemudian diangkat menjadi profesor teologi di seminari.
Dalam sambutannya juga, ia menjelaskan kehadiran Bruder MTB di Indonesia bermuara dari kota Singkawang oleh lima Bruder Missionaris atau yang dikenal pada kalangan Tionghua Singkawang yaitu Sinfu. Mereka dikenal sebagai bruder putih yang melayani pendidikan.
Pada tanggal 9 Maret 1921 lima orang bruder dari Huijbergen mendarat di Pontianak. Perjalanan mereka diteruskan dengan kapal ke Singkawang, dan pada tgl. 11 Maret 1921 Br. Canisius, Br. Maternus, Br. Serafinus, Br. Longinus dan Br. Leo Geers menginjakkan kakinya di kota seribu kelenteng Singkawang. Kehadiran MTB di Indonesia ini atas undangan Mgr. Pacificus Bosch, Ofm Cap, Vicaris Apostolis Pontianak.

Para Bruder mulai mengajar di HCS ( Hollands Chinese School ) dan mengelola Asrama untuk anak-anak miskin yang diangkat oleh Pastor atau bruder. Kebanyakan dari antara mereka adalah anak-anak pekerja tambang emas yang berasal dari Tiongkok. Hidup dan karya itu kemudian merambat ke Pontianak pada tahun 1924. Kembali para bruder menangani HCS. Tahun 1935 mulai bekerja sama dengan para Misionaris MSF di Banjarmasin. Tahun 1939 merambat lagi ke Blitar – Jawa Timur. Di tempat ini ada tiga bruder mengajar di HIS ( Hollands Indische School ) dan menangani asrama. Akhir bulan Juli 1940, Br. Gaudentius berangkat dari Blitar untuk berkarya di Kudus bersama pastor MSF, kemudian ke Pati di Jawa Tengah.
Dalam wawancara bersama Br. Rafael, MTB, ia menjelaskan bahwa saat ini para bruder MTB berkarya di Keuskupan Agung Pontianak, keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang dan Keuskupan Agung Semarang dan Keuskupan Agung Merauke.
Dalam perjalanan panjang itu karya pendidikan dan pembinaan generasi muda tetap menjadi perhatian utama konggregasi bruder MTB.
Dari latar belakang itulah, dalam pencanangan peringatan 100 tahun Bruder MTB di Indonesia, mereka mengambil tema “Mendidik Tanpa Batas” dan puncaknya akan diadakan pada tanggal 11 Maret 2021.
Usai misa Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus dan seluruh Bruder MTB diajak untuk berfoto bersama. Kemudian kegiatan dilanjutkan di halaman persekolahan Burder Singkawang yang dimana kegiatan tersebut sudah dimulai dari tanggal 22-23 Februari 2020 mencangkup pameran dan berbagai Pentas Seni (22/02/2020) dan perayaan ekaristi (23/02/2020).
Dari Gereja Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang Uskup Agung Pontianak, Bruder MTB dan Biarawan/ti serta para undangan diarak dengan drum Band dan membuka jadwal pencanangan 100 tahun Bruder MTB di Indonesia oleh Bruder Gabriel, MTB sebagai ketua umum panitia.
Sejalan dengan itu, berbagai persembahan tarian kolosal dan berbagai pensi diadakan diatas pentas. Menurut ketua Stephanus pelaksana tamu udangan yang hadir dalam perayaan itu ada 2000an undangan. Rangkaian acara ditutup dengan foto bersama seluruh panitia dan makan siang bersama Uskup Agus, Pimpinan Umum Bruder MTB Indonesia dan seluruh tamu undangan, dan sampai jumpa tahun depan dalam perayaan pelaksanaan tahun Yubelium 100 tahun karya misi Bruder MTB di Indonesia. – Semz.